Pemkot Banjar Kemana? Penderita Stroke Tinggal di Emperan Bengkel Kosong Hampir 2 Tahun

Kota Banjar – //DJALAPAKSINEWS// — Moment Ramadhan yang seharusnya menjadi momen yang penuh berkah serta kebahagiaan seluruh umat muslim, akan tetapi momen ramadhan tahun ini menjadi moment yang sangat memilukan bagi sosok lelaki yang sudah dua tahun tinggal di emperan bekel kosong, tempat saat ini ia tinggal. Itupun karena belas kasihan dari orang orang yang merasa iba melihat penderitaan yang di alaminya.

Otong Dodi (58). Seorang warga RT 005/RW 001, Desa Sinartanjung, kecamatan Pataruman, kini harus menerima kenyataan pahit atas derita kehidupan menghimpitnya. Penyakit stroke yang dideritanya membuat Otong hanya bisa terbaring lemah di sebuah bangunan bekas bengkel, di lingkungan Sukamanah, di RT 05 RW 01, kelurahan Pataruman, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar,Jawa Barat.

Yang membuat hidup nya kurang beruntung di saat dirinya lemah tak berdaya karena sakit yang di deritanya, Otong di telantarkan oleh anak kandungnya sendiri, yang menolak untuk merawatnya di sisa umurnya yang semakin menua.

Selam dua tahun sudah Otong hidup berpindah-pindah, tanpa tempat tinggal yang layak. Warga sekitar yang kebetulan iba dan sering melihat Otong tanpa tempat tinggal tetap, akhirnya menampungnya di sebuah bengkel kosong agar ia memiliki tempat untuk berteduh.

“Orangnya sakit, nggak bisa kemana-mana. Dulu sempat tidur di masjid, tapi keluarga yang di sana kurang nyaman,” ujar Yayan, ketua lingkungan setempat. (02/03/2025).

Dengan kondisi Otong yang sangat memprihatinkan. Ia hanya bisa terbaring lemah, tanpa ada keluarga yang merawat nya atau bahkan mendampingi.

“Dulu punya istri tapi menurut kabar sudah berpisah dan memiliki anak dua perempuan, tapi waktu didatangi ke rumahnya, malah ditolak,” tambah Yayan.

Rastini, warga sekitar yang ikut merawat dan memberikan tempat buat Otong, menceritakan bagaimana ia menemukan lansia itu dalam kondisi mengenaskan dengan kondisi tubuh sakit

“Dulu saya lihat dia di pinggir jalan, kehujanan, kepanasan. Nggak tega, akhirnya saya kasih tempat di sini,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Ia juga menceritakan bahwa selama dua tahun terakhir, berbagai pihak dari kelurahan, babinsa, hingga dinas sosial bahkan organisasi kemanusiaan Jabar Bergerak Kota Banjar sudah datang meninjau. Namun hingga saat ini belum ada solusi nyata untuk kehidupan Otong.

“Sudah ada yang datang dari kelurahan, dinas sosial, tapi ya gitu aja, nggak ada tindak lanjut. Kasihan dia, apalagi sekarang bulan puasa, sendirian, nggak ada keluarga yang peduli,” keluh Yayan.

Di bulan Ramadan yang seharusnya bukan yang penuh keberkahan dan kehangatan, Otong justru harus menerima kenyataan ia harus rela menahan lapar dan sakit dalam kesendirian, serta menunggu uluran tangan dan belas kasihan orang lain.

Warga sekitar bukan tanpa upaya, bahkan sudah berusaha membantu semampunya, akan tetapi ukuran dan batuan tidak mungkin selamanya di termia, hingga sampai kapan Otong harus bertahan dalam kondisi seperti ini, selain dari segala keterbatasan untuk menggerakkan tubuhnya pun butuh batuan.

“Yaa semoga ada solusi yang nyata bagi kehidupan Otong kedepan nya dari pemerintah, karena melihatnya saya sangat kasian,”ucap Rastini.

Melihat kenyataan hidup yang di alami oleh Otong, apakah pemerintah dan pihak terkait hanya bisa terus menutup mata terhadap penderitaan seorang lansia yang seharusnya menikmati hari tua dengan damai. //Joe//

Contoh Menu Header Tetap