Pentingnya Penguatan Mata Pelajaran PSPB, PPKN, dan Pendidikan Agama Di Sekolah

DJALAPAKSINEWS – Mari kita mulai dengan sebuah hipotesa sederhana namun penuh rasa: Bangsa ini tak hanya butuh pintar hitung-menghitung, tetapi juga butuh pintar dalam menghargai dan merasakan. Mata pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa), PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), dan Pendidikan Agama sudah seperti trio superhero pendidikan moral. Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, ketiga pilar ini seringkali dipandang sebelah mata, ibarat garnisun penjaga moral yang dipasung dengan stigma “nggak butuh, cukup tahu,” padahal kondisi bangsa ini kian mengkhawatirkan dari sisi moralitas.

Penulis menelaah  Dari perspektif filosofis, pendidikan ini tidak sekadar menghafal teks atau mengingat angka tahun, tetapi menyelami esensi keberadaan kita sebagai manusia Indonesia. Tentu saja, ide ini tidak baru; Bung Karno pernah mengatakan, “Bangunlah jiwa dan raganya,” sebagai pengingat bahwa membangun bangsa tak cukup hanya dengan infrastruktur. Filosofi pendidikan moral menjadi dasar utama membangun identitas nasional yang kuat, tak hanya untuk generasi masa kini tetapi juga untuk yang akan datang.

Secara historis, kita melihat bahwa PSPB misalnya, pernah menjadi mata pelajaran penting yang memupuk rasa cinta tanah air dan nasionalisme, membangkitkan jiwa heroisme, serta mengajarkan kritis pada sejarah bangsa. Namun, kebanyakan siswa mungkin hanya mengingat nama pahlawan sebagai jawaban ujian, dan bukan semangat di balik perjuangan mereka. Ironis bukan? Dalam kondisi ini, memperkuat PSPB, PPKN, dan Pendidikan Agama adalah jalan menuju manusia Indonesia yang cerdas, tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga cerdas secara emosional, spiritual, serta menghargai keberagaman.

Hemat kata, bahwa Krisis moral dan dehumanisasi yang terjadi sekarang tak lagi terbatas pada berita kriminal, tapi juga telah merasuki kehidupan sehari-hari; contohnya adalah bagaimana rasa hormat dan kebersamaan perlahan memudar. Di media sosial, perang kata-kata sering kali terjadi, menunjukkan rendahnya kedewasaan emosional dalam menyikapi perbedaan. Dalam kondisi inilah, penting bagi kita untuk menguatkan tiga pilar pendidikan yang cerdas ini.

Sintesa dan Solusi: Menguatkan tiga mata pelajaran ini akan memperkaya pelajar dalam berbagai dimensi:

Pertama,. Cerdas Intelektual: PPKN dan PSPB dapat membekali pelajar dengan kemampuan berpikir kritis. Bukan hanya menghafal, tetapi mengerti bahwa sebuah nilai memiliki makna yang kontekstual.

Kedua,. Cerdas Emosional: Menyentuh nilai toleransi dan integritas pribadi, terutama dalam Pendidikan Agama, akan membuat generasi mendatang lebih berempati dan menekan hasrat untuk berbuat  destruktif.

Ketiga,. Cerdas Diferensiasi dan Keberagaman: Melalui PPKN, kita diajarkan menghargai perbedaan sebagai keunikan bangsa, bukan sebagai penghalang. Dengan ini, pelajar akan memiliki kemampuan membedakan, menerima, dan menghargai keberagaman dalam segala aspek.

Keempat,. Cerdas Spiritual: Pendidikan Agama menanamkan keimanan dan kesadaran akan nilai kebaikan, menciptakan individu dengan hati yang tercerahkan untuk bertanggung jawab kepada sesama manusia dan Tuhan.

Penutup kata, Jika pendidikan ini diabaikan, kita hanya akan menghasilkan generasi yang jago teknologi tapi lupa etika, canggih tapi terbelakang dalam empati. Dalam era global ini, penguatan PSPB, PPKN, dan Pendidikan Agama adalah cara menumbuhkan generasi yang tak hanya pintar, tetapi bijaksana, memiliki karakter nasional, sadar hukum, dan berjiwa tangguh.

Penulis: Drs. Ki Anton Eknathon, MHum., (Alumni Pasca Sarjana UGM. Laskar Edukasi Pena Kreativa Sapu Lidi)

Contoh Menu Header Tetap